Ads 468x60px

Tuesday, August 28, 2012

Jualan Kami Bukan untuk Kaya, Cuma Demi Beli Beras


Lapak Pedagang Pajak Jalan Nusantara Digusur Tanpa Pemberitahuan

 
BAINAR (65), janda beranak tiga itu sangat terkejut melihat lapak dagangannya di Jalan Nusantara, Kelurahan Komat III, Kecamatan Medan Kota telah rata dengan tanah. Tragis! Penggusuran itu tanpa surat pemberitahuan.

 Tiga ember yang berisi sayur-sayuran yang akan dijualnya raib dari lokasi. Yang tertinggal hanya sebuah ember putih yang sudah kosong. Usut punya usut, ternyata pelakunya adalah Satpol PP dan pihak Kelurahan yang menggusur pada Minggu (26/8) sekitar pukul 23.00 WIB.

Menurut Ifo (40) salah satu pedagang rokok yang warungnya juga digusur, kejadian itu sekitar pukul 23.00 WIB. Gerombolan Satpol PP dan pihak keluarahan meluluh lantakkan warung rokoknya yang berada di Jalan Nusantara tepatnya simpang Jalan Puri tersebut.


"Tidak ada pemberitahuan, mereka main gusur aja," katanya seraya menilai, aksi brutal Satpol PP dan pihak Kelurahan itu disengaja karena diduga disuruh oleh pihak-pihak terkait demi kepentingan segelintir orang.

"Yang jelas, tidak ada pemberitahuan kepada kami," sambung wanita berambut gonjes ini pada Posmetro Medan di lokasi. Dia berharap agar pihak kelurahan mau mengganti rugi dan menyediakan lapak bagi mereka.

Atas kejadian itu, warga Jalan Puri Gang Kalimun mengalami kerugian jutaan rupiah. "Kami minta ganti rugi dan sediakan lapak untuk kami berjualan," pintanya.

Hal senada juga dikatakan, Heriati (54). Pedagang lontong ini sangat kesal, karena lontong sayur yang dimasaknya terpaksa tidak dijualnya. Pasalnya, warungnya telah rata dengan tanah. "Ini jualan lontong saya. Sudah saya masak sayur-sayurnya. Nggak taunya, lapak saya digusur," kata warga Jalan Amaliun ini.

Menurutnya, 20 tahun berjualan lontong di Jalan Nusantara ini dirinya tidak pernah digusur. Melainkan baru kali ini saja. "Tidak ada pemberitahuan, baru kali ini digusur sejak 20 tahun saya berjualan di sini," sambungnya.

Dikatakannya, dirinya mengetahui penggusuran itu sekitar pukul 07.00 WIB. Saat itu dirinya membawa sayur lontong yang baru dimasaknya ke Jalan Nusantara. Begitu sampai, dlihatnya warungnya sudah rata dengan tanah.

Dalam kejadian itu, kata wanita berjilbab ini, pisau yang biasa digunakan untuk memotong lontong, juga raib dibawa Satpol PP dan pihak kelurahan. "Memang yang hilang cuma itu. Tapi di mana lagi saya berjualan?" katanya dengan nada kesal.

» Jualan Dari Gadis Sampai Punya Cucu

Hal yang paling menyedihkan dialami oleh Bainar. Wanita 65 tahun ini bingung harus berjualan ke mana lagi. Padahal, selama 40 tahun berjualan di Pajak Jalan Nusantara ini dirinya dapat menafkahi tiga orang anaknya dan tiga orang cucunya. "Mulai saya gadis, sampai punya tiga cucu. Saya sudah berjualan di sini. Sekarang ke mana lagi saya berjualan?" katanya.

Pasca penggusuran itu, warga Jalan Bromo Gang Almutakir dirinya tidak mengetahuinya. "Saya tidak tau ada penggusuran, saya habis beli sayuran. Rencananya mau saya jual lagi di sini, nggak taunya lapak jualan saya sudah tidak ada," sambungnya.

Padahal, wanita yang dikaruniai tiga orang cucu ini sudah membeli sayur pakis, bawang, cabe giling, jahe dan sayur-sayur lainnya. "Ini saya baru belanja, sebagian sayuran saya ada di dalam ember. Tiga ember saya hilang, isinya ada sayuran. Yang dapat cuma satu inipun sudah kosong," jelasnya.

Dengan begitu, Bainar mengaku kesal dan tidak tahu harus jualan di mana lagi. "Inilah dagangannya, cuma ininya yang saya jual. Ke mana lagi saya harus jualan?" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Dikatakannya, selama 40 tahun berjualan sayuran di Pajak Jalan Nusantara dirinya bukan untuk mencari kaya, melainkan hanya demi membeli beras. "Coba bayangkan, cuma untuk beli beras!" ucapnya meneteskan air mata.

Biarpun anak-anak sudah berumah tangga, tapi ketiganya tinggal bersama dirinya. "Anak-anak saya pun susah, mereka tinggal dengan saya dan masih mengharapkan saya," kata Bainar seraya mengusap air matanya di depan dagangannya yang tak bisa dijual.

Menurutnya, sebanyak 4 pedagang digusur oleh pihak Sat Pol PP dan pihak Keluarahan. "Kami jualan di sini ada empat orang, jualan sayur, jualan kelapa, jualan lontong dan jualan rokok," katanya.

Dikatakannya, dahulu ada sekitar 30 an pedagang yang berjualan di Pajak Jalan Nusantara tersebut, namun karena para pedagangnya banyak yang meninggal dunia sehingga tidak ada yang menggantikannya.

"Dulu ada 30-an pedagang di sini, tapi karena satu persatu banyak yang meninggal. Jadi, mereka tidak ada yang gantikan. Makanya tinggal kami berempat yang berjualan di sini," jelas wanita berjilbab ini.

Kehidupan Bainar semakin sulit ketika suaminya meninggal tahun 1986 lalu. "Tahun 1986 suami saya meninggal, saya sendiri yang puntang panting biaya anak-anak saya. Sampai saat ini sudah tiga orang cucu saya," ucapnya.

Bukan hanya itu, untuk pulang kampung ke Padang, Bainar pun tak mampu. "Hanya cukup untuk makan aja saya jualan di sini," kesalnya.

Dengan begitu, Bainar berharap agar dirinya dapat diperbolehkan berjualan lagi di Jalan Nusantara simpang Jalan Puri tersebut guna menafkahi keluarganya. "Saya jualan bukan untuk kaya, cuma untuk beli beras," tegasnya lagi.

» Lurah: Intruksi Walikota

Terpisah, Lurah Komat III, Clara Patria saat dikonfirmasi Posmetro Medan mengatakan, penggusuran tersebut memang tidak ada surat peringatan. Karena itu diintruksikan oleh Walikota Medan, Rahudman. Menurutnya, para pedagang tersebut telah membangun lapak dagangannya secara permanen. "Makanya kita gusur," sambungnya.

Dikatakannya, penggusuran itu juga dilakukan karena adanya pengaduan dari masyarakat. Namun, saat ditanya masyarakat mana yang keberatan, Clara enggan memberitahukannya. "Pokoknya masyarakat, ada yang keberatan," katanya.

Mengenai penggusuran itu dilakukan karena tidak ada kutipan dari pihak Keluarahan, Clara membantahnya. "Mengenai pengutipan mohon maaf, saya tidak tahu," ucap wanita yang baju hijau-hijau ini.

Terpisah Kasatpol PP, Sofyan saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut mengatakan, penertiban yang dilakukan tadi malam itu bersama dengan tim dan seluruh barang-barang para pedagang diangkut ke kantor Satpol PP.

Camat Medan Kota, Parlindungan Nasution mengatakan, para pedagang telah melanggar peraturan Perwal tahun 2008 tentang berjualan di atas parit dan juga saat mendirikan bangunan atau lapak tidak menggunakan ijin. "Makanya digusur juga tanpa pemberitahuan," sebutnya.

>> Barang-Barang Tidak Ada di Kantor Satpol PP

Asril (45) warga Jalan Amaliun, salah seorang korban mengatakan, barang-barang yang diangkut oleh tim penggusuran malam itu, sampai saat ini tidak diketahui di mana rimbanya.

Setelah Kantor Satpol PP didatanginya untuk menanyakan keberadaan barangnya, aparat penegak Perda itu mengaku tidak tahu dan bukan wewenang mereka. “Kata Kasi Satpol PP yang marganya Harahap itu, yang bawa bukan mereka dan bukan tanggung jawab mereka. Disuruhnya saya ke kantor camat karena tadi malam pihak camat ada ikut menggusur juga," kesalnya.

Herannya lagi, begitu di Kantor Camat, dirinya dibola-bola dan tidak dipedulikan oleh pihak kecamatan. "Saya tadi ke kantor camat, gak ada yang peduli, udah capek saya dibola-bola kesana kemari. Yang mau saya tanyakan kemana tas saya yang berisi baju saya itu dibawa. Gak ada lagi baju saya, semua di dalam tas itu," ujarnya yang ditemui di kantor Camat Medan Kota.

Ia mengatakan, dirinya menitipkan tas di steeling milik Ati (40) si penjual nasi. Karena bulan puasa, Ati tidak berjualan. Jadi untuk sementara, dia yang menetap di kedai tersebut.

"Kalau tentang masalah itu, nanti ya kita coba tanyakan dulu kepada yang bersangkutan. Karena yang melaksanakan penertiban tadi malam adalah tim. Tapi untuk barang-barang yang diangkut semuanya dibawa ke kantor kok," kilah Kasatpol PP, Sofyan. (*)

No comments:

Post a Comment